Kamis, 10 Januari 2013

Jakob Oetama: Pemerintah Kurang Sensitif Terhadap Problem Bangsa

Panpus HPN 2013 diterima tokoh pers, Jakob Oetama, Senin (7/1). Foto: Suprapto

Palmerah, Wartakotalive.com
Pemerintah dinilai kurang sensitif terhadap berbagai persoalan bangsa seperti masalah kerukunan beragama, ketimpangan sosial,  dan kemiskinan termasuk maraknya kasus pemerkosaan belakangan ini. Karena itu, media perlu mengambil peran penting untuk menyuarakan dan mencari solusi atas masalah tersebut.
“Saya kira, pemerintah kurang sensitif terhadap berbagai problem bangsa itu. Sekarang kasus perkosaan kok terus meningkat. Anak kecil menjadi  korban. Ada apa. What’s wrong with our country,” ujar tokoh pers Jakob Oetama saat menerima Panitia Hari Pers Nasional (HPN) di ruang kerjanya, Gedung Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2013).  
Dalam kesempatan itu, Jakob yang juga Komisaris Utama KG didamping Chief Executive Officer (CEO) KG Agung Adiprasetyo, Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto, dan Pemred Kompas Rikard Bagun. Panpus HPN diwakili Penanggung Jawab HPN Margiono, beberapa penasehat panitia seperti Sabam Siagian, Ishadi SK, dan Tarman Azam, serta sejumlah panitia pelaksana.
Margiono melaporkan hal-hal yang akan dibahas dalam HPN 2013 yang akan berlangsung di Manado, Sulawesi Utara, 9 Februari 2013. Beberapa agenda itu antara lain pengumuman perusahaan pers yang sudah sesuai standar yang ditetapkan Dewan Pers (DP), jumlah wartawan yang memiliki sertifikat kompetensi, konvensi, dan hiburan rakyat.
“Ada juga rekomendasi  yang berisi keprihatinan dan sikap pers terhadap problem bangsa serta solusi yang kita tawarkan,” ujarnya. Dia menambahkan, saat ini ada 3.500 wartawan yang telah lolos uji kompetensi.
Selain menyoroti berbagai problem bangsa, Jakob juga menyingunggung perkembangan media sosial  yang gencar. Dia minta organisasi atau kelembagaan terkait pers yang ada agar ikut serta mengawal  supaya para pelaku di media sosial itu juga memiliki serta menaati kode etik serta bertanggung jawab.
Jakob juga yakin bahwa hadirnya berbagai media dengan berbagai saluran tersebut tidak akan membunuh media cetak. “Saya kok tetap yakin, budaya baca tidak akan hilang. Media cetak akan tetap ada tetapi dengan sinergi dengan bagian lain,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar