Selasa, 30 Oktober 2012

Makanan Warna Warni Justru Menyehatkan


Makanan warna warni sangat dibutuhkan tubuh
Tubuh ini tak hanya sekadar butuh satu jenis makanan, meski tinggi protein sekalipun. Paling tidak,  50 jenis zat gizi yang harus kita penuhi setiap hari.
Selain zat gizi, zat fitokimia atau zat kimia aktif yang ada di dalam makanan juga penting untuk dipenuhi, termasuk serat. Untuk memenuhinya,  kita harus mengonsumsi menu yang seimbang dan beraneka ragam.
Salah satu cara yang mudah adalah memastikan menu Anda berwarna-warni, karena setiap warna dalam makanan menunjukkan kandungan zat gizinya.
1. Warna Merah
Sayuran, buah-buahan, serta bahan makanan berwarna merah mengandung banyak pigmen yang berguna melawan penyakit dan likopen atau zat yang berperan menjaga kesehatan sel serta  mengurangi risiko kanker.
Buah-buahan yang masuk kategori ini di antaranya adalah tomat,  semangka, dan apel merah. Buah-buahan yang mengandung antioksidan paling tinggi adalah stroberi, cranberi, cheri, anggur merah, bit, dan paprika merah.
Selain buah-buahan tersebut,  beras merah yang kerap digunakan sebagai pengganti nasi putih ini sering dikaitkan dengan tren gaya hidup sehat. Pandangan tersebut memang tidak salah karena kandungan gizi beras merah memang patut diunggulkan. 
Beras merah memiliki kandungan utama seperti pada semua jenis beras, yaitu vitamin B1, B6, dan B12, namun dalam kadar yang lebih tinggi. Selain memiliki kadar serat yang lebih tinggi, sehingga cocok untuk mereka yang menjalani program diet.
Beras merah juga sumber mineral magnesium yang menurunkan keakutan dari asma, darah tinggi, menurunkan frekuensi migrain serta menurunkan risiko penyakit jantung. Selain itu, magnesium pada beras merah juga mampu menjaga kesehatan tulang manusia.
2. Warna Hijau 
Warna hijau pada sayuran menandakan kandungan sulforaphane, isothiocyanate, dan indoles. Semuanya berfungsi merangsang level pembuatan komponen yang memecah unsur kimiawi penyebab kanker.
Semakin gelap warna hijau pada sayuran, makin banyak klorofil yang dikandungnya dan semakin besar pula kemampuan untuk perlindungan antioksidan.
Contoh sayuran yang berwarna hijau yang memiliki manfaat tinggi bagi kesehatan tubuh adalah brokoli, selada, bayam, pok choi, dan teh hijau.
Menurut penelitian, teh hijau dapat memberikan dorongan pada metabolisme tubuh karena mengandung polyphenol dan kafein yang bersatu membuka proses pembakaran lemak pada nilai kontrol yang berbeda.
Untuk sayuran bayam, menurut penelitian di Rutgers University, hormon yang ditemukan pada sayuran ini dapat membantu membangun dan memperbaiki otot dengan meningkatkan sintesis protein. Sementara pada sayuran brokoli, diketahui dapat mencegah kanker serta mengandung vitamin C dan K.
Buah-buahan yang berwarna hijau seperti alpukat yang mengandung lemak tak jenuh tunggal dapat meningkatkan kesehatan jantung dengan menaikkan kadar kolesterol baik atau HDL, tanpa meningkatkan kadar LDL atau kolesterol jahat.
Buah hijau lain yang bermanfaat bagi jantung adalah kiwi. Ada yang berspekulasi bahwa manfaat buah ini untuk jantung berasal dari aktivitas antioksidan dan kandungan lutein serta vitamin C yang tinggi. Sementara untuk buah apel hijau, menurut penelitian bisa mencegah stroke. Peningkatan 25 gr buah-buahan setiap hari, yaitu sekitar 120 gr apel hijau dikaitkan dengan 9 persen penurunan stroke.
3. Warna Kuning/Jingga
Buah-buahan yang berwarna kuning diketahui mengandung vitamin C yang baik untuk melindungi sel tubuh, selain juga mengandung betacryptoxanthin, salah satu komponen karotenoid. Jeruk squash, blewah, labu, persik, wortel, mangga, apricot, dan pepaya adalah sebagian contoh buah dan sayuran yang berwarna kuning/jingga.
Warna jingga yang dimiliki buah dan sayuran menandakan adanya kandungan alfa dan betakaroten.
Dua jenis unsur nutrisi ini jika dikonsumsi cukup akan bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker. Setiap porsi dari buah dan sayuran itu dapat menyehatkan tubuh dan mencukupi kebutuhan vitamin C .
Vitamin C merupakan senyawa penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Imunitas atau daya tahan tubuh kita dapat menurun saat kita banyak beraktivitas tanpa disertai pola makan yang sehat dan teratur.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah vitamin C. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin C juga dapat memperbaiki sel tubuh dan jaringan kulit yang rusak akibat radikal bebas.
4. Warna Putih 
Makanan berwarna putih banyak mengandung flavonoid yang dapat melindungi membran sel. Sayuran dan buah berwarna putih tampaknya kurang populer di masyarakat. Padahal, sayuran dan buah berwarna putih memiliki nutrisi yang baik bagi tubuh dan tak kalah dari sayuran berwarna hijau.
Pola pikir yang menyebutkan makanan berwarna putih kurang lezat harus diubah. Banyak manfaat bagi tubuh yang bisa diambil dari sayuran dan buah-buahan tersebut. Pisang, jamur, kentang, kembang kol, lobak, tahu, bawang putih, pir, keju rendah lemak, yogurt, dan susu adalah contoh makanan berwarna putih yang banyak mengandung flavonoid.
Kandungan flavonoid dapat membantu membran sel. Susu rendah lemak juga dapat membantu daya kerja jantung, sedangkan kalsiumnya bermanfaat membangun lemak dan menurunkan berat badan.
Banyak orang yang salah mengartikan bahwa karena berwarna putih, maka bahan makanan atau buah dan sayuran tersebut tak memiliki zat pigmen. Padahal, makanan ini tetap memiliki zat pigmen yang berwarna putih, biasanya sayuran yang berwarna putih mengandung anthoxanthins, sebuah senyawa kimiawi yang dapat membuat jantung menjadi lebih sehat dengan cara menurunkan kolesterol dan tekanan darah.
Setiap warna makanan menunjukkan kandungan gizinya yang berbeda-beda jadi kalau ingin menu kita bergizi siasatilah dengan mengonsumsi makanan yang berwarna-warni.

Catatan:
Tulisan ini saya sarikan dari Majalahkesehatan.com dan dimuat juga di wartakotalive.com

Jangan Mati di Jakarta

-->
JANGAN mati di Jakarta. Kalimat itu terkadang keluar dari mulut warga yang kesal sulitnya mengurus pemakaman di Ibu Kota. Bukan cuma prosedur yang berbelit-belit, tapi juga praktik pungutan liar (pungli) masih saja merebak. Ancaman  tindakan tegas’ yang disampaikan pejabat seperti angin lalu.
Para pelaku pungli di lapangan selalu saja memperbaiki modus praktiknya. Jika sebelumnya dilakukan oleh aparat berbaju coklat, kini pungli itu dilakukan oleh para pegawai honorer atau pegawai/karyawan yang dijadikan mitra.
Sesuai Perda No 1 tahun 2006 tentang Retribusi, sewa lahan atau retribusi pemakaman untuk tiga tahun pertama paling murah Rp 0 (Blok AIII) dan termahal Rp 100.000 (blok AAI). Sewa berlaku tiga tahun dan dapat diperpanjang lagi dengan membayar retribusi sebesar 50 persen dari retribusi untuk tiga tahun kedua dan 100 persen dari retribusi untuk tiga tahun ketiga.
Tapi, retribusi itu hanya ada di atas kertas. Hasil investigasi Warta Kota, di lapangan, tarif berlaku sesuai permintaan petugas pemakaman. Di TPU Tegal Alur, Jakarta barat, kelas AAI sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta. Tergantung negosiasi. Di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, tarifnya mencapai Rp 4,5 juta. Di TPU Joglo, Jakarta Barat, dan TPU Petamburan, Jakarta Pusat, tarif mencapai Rp 5 juta. Jika dikaitkan dengan retribusi resmi, berarti terjadi kenaikan ribuan persen. Petugas pemakaman biasanya tak akan memberikan kuitansi sebesar uang yang diterima.
Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkan) DKI membantah adanya praktik pungli di TPU yang dilakukan petugas resmi. Kepala Distamkan DKI Catharina Suryowati mengakui seringkali ahli waris membayar dengan uang yang banyak pada saat memakamkan keluarganya. "Namun itu semua bukan dilakukan oleh petugas TPU melainkan orang‑orang yang mencari keuntungan," ujarnya.
Dia mengakui dulu masih ada ahli waris yang membayar hingga Rp 5 juta untuk biaya pemakaman. Tetapi, uang itu diberikan kepada calo atau yang disebut sebagai mitra. "Dulu memang disebutnya mitra sehingga biaya bisa membengkak hingga Rp 5 juta. Tapi di bawah kepemimpinan saya, tidak ada lagi itu mitra. Mereka bukan mitra kerja kita, uangnya juga bukan masuk ke DKI," tegasnya.
Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkan) DKI
Penyebab masih maraknya pungli di TPU, kata Anggota Komisi D DPRD DKI, Syahrial, karena lemahnya pengawasan.  "Lemahnya pengawasan oleh jajaran Pemprov DKI membuat pungli TPU merajalela. Ini lah yang disebut orang mati pun masih diperjualbelikan," tegasnya.
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna berpendapat, semua area TPU di Jakarta sudah dikuasai oleh warga dan preman setempat. Mereka lebih tahu lokasi mana yang kosong dan bisa digali untuk makam. "Dinas Pertamanan memang tidak bisa berbuat banyak, para mitra yang tidak resmi ini menguasai dan berhubungan langsung dengan para ahli waris," tuturnya.
Hingga Rp 10 juta
Sementara itu, para petugas di TPU biasanya tidak langsung menyebutkan angka biaya pemakaman ketika ditanya. Mereka hanya mengatakan biaya seperti biasa. Barulah ketika didesak, mereka menyebutkan jumlah tertentu sambil diembel-embeli dengan perkataan murah, yang lain biasanya lebih mahal, atau ini biaya seperti biasa.
"Kalau yang AAI Rp 2 jutaan. Tetapi, kalau mau ngasih lebih lagi juga nggak apa-apa. Kalau terpaksa nggak ada duit, ya nanti bisa dibicarakan lagi," ujar  seorang petugas yang mengaku mitra di TPU Tegalalur, Jakbar, pekan lalu.
Seorang petugas di TPU Joglo tak mau menyebut biaya pemakaman. Dia kemudian mengantarkan Warta Kota menemui seseorang berjaket jins yang biasa langsung berhubungan dengan ahli waris. Orang tersebut menyebut angka Rp 5 juta untuk biaya pemakaman di blok AAI  untuk agama Kristen. "Yah, kalo di sini mahal. Rp 5 juta ke atas lah. Nanti kuitansinya bisa dibuatkan kalau mau," ujar pria itu sembari tersenyum masam.
Menurutnya, biaya itu sudah termasuk murah karena untuk membayar sewa tenda, kursi, batu nisan, dan rumput, serta tukang gali makam. Padahal, Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkan DKI) telah mengalokasikan dana khusus untuk biaya gali makam sebesar Rp 300.000 per lubang. Biaya itu tidak jelas apakah sampai ke tukang gali atau berhenti di tempat tertentu.
Ujang (53), petugas di TPU Petamburan, mengatakan, biaya pemakaman untuk lubang baru sekitar Rp 5,5 juta. Biaya ini sudah termasuk untuk pemasangan rumput, nisan, dan tenda untuk prosesi penguburan. Tetapi, kalau ingin dimakamkan di lokasi yang strategis dan mesti membongkar makam lama, biayanya membengkak hingga Rp 10 juta.
Memang ada juga biaya pemakaman yang masih di bawah Rp 1 juta, terutama untuk lokasi makam yang tidak strategis dan berada di Blok A I atau AII. Tetapi, lokasinya tak terawat, kotor, dan ditumbuhi rumput yang tinggi-tinggi.
Distamkan DKI tidak hanya lemah dalam melakukan pengawasan, tetapi juga lemah dalam pendataan dan administrasi. Data jumlah warga yang dimakamkan pun tidak tersedia secara lengkap. Tahun 2011, dari 78 lokasi TPU di DKI Jakarta, 13 TPU di antaranya tidak melaporkan jumlah pemakaman. Bahkan ada salah satu Suku Distamkan yang data dalam setahun hanya diisi beberapa bulan.
Berdasarkan data Distamkan DKI yang tidak akurat itu, setahun sekitar 28.000 orang meninggal dunia. Jika ahli waris setiap orang yang meninggal itu rata-rata diminta membayar Rp 2 juta, berarti peredaran uang yang tidak jelas pertanggungjawabannya di TPU per tahun adalah Rp 5,6 miliar. 

BIAYA RESMI PEMAKAMAN
Blok AAI          Sebesar        Rp.   100.000
Blok AAII        Sebesar       Rp.     80.000
Blok AI             Sebesar        Rp.     60.000
Blok AII             Sebesar        Rp.     40.000
Blok AIII         Sebesar        Rp.          0
Sumber: Perda No 1 tahun 2006 tentang Retribusi
Catatan: Sewa untuk tiga tahun pertama

Senin, 15 Oktober 2012

Sekda DKI, Jabatan Paling Seksi


 Ketua Gerindra DKI M Taufikdidamping Jokowi dan Ahok

UNDANG-undang (UU) No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan, pejabat karier tertinggi di lingkungan pemerintah daerah adalah sekretaris daerah (sekda). 
 
Di lingkungan pemerintah kota (pemkot) ada sekretaris daerah kota, di pemerintah kabupaten (pemkab) ada sekretaris daerah kabupaten, dan sekretaris daerah provinsi untuk pemerintah provinsi.

Karena sekda adalah puncak jabatan karier birokrat daerah sehingga tak mengherankan jika para pejabat ‘ngiler’ menduduki posisi tersebut. Menjadi sekda sesungguhnya mengendalikan aktivitas pemerintahan daerah (pemda). Sekda adalah kuasa pemegang anggaran. Artinya, semua pemasukan dan pengeluaran anggaran dan pendapatan belanja daerah (APBD), ada di tangannya. 
Kepala daerah dan wakil kepala daerah  yang merupakan jabatan politis biasanya hanya meletakkan arah pemerintahan dan kegiatan-kegiatan seremonial. Apalagi di era reformasi ini, kita tahu  banyak  bupati, wali kota, dan gubernur serta wakil mereka yang tidak memiliki latar belakang ilmu pemerintahan. Mereka terpilih karena memiliki tingkat popularitas yang tinggi dan tentu saja modal yang cukup.
Fokedan Prijanto foto bareng abang-none
‘Seksinya’ posisi sekda tersebut tidak hanya menjadi incaran para pejabat karier, tetapi juga para pihak yang ingin ikut ‘mengatur’ pemda. Para politisi, pejabat tinggi, pengusaha, dan juga anggota dewan, ikut bermain dalam menentukan pejabat tersebut. Kondisi ini hampir terjadi di setiap pemda, tentu juga termasuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. 
Apalagi, sesuai dengan UU No 29 tahu 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia disebutkan, otonomi daerah di Jakarta hanya ada di tingkat provinsi. Artinya, keputusan atau segala kebijakan strategis hanya bisa dilakukan di tingkat provinsi. Para wali kota dan bupati di Jakarta hanya pejabat administratif. Pemkot dan Pemkab di Jakarta tak memiliki DPRD. Dengan demikian, pemkot dan pemkab di  Jakarta  tidak bisa membuat peraturan daerah (perda). Semua perda, termasuk Perda APBD, ditetapkan oleh Gubernur dan DPRD DKI Jakarta.
Bukan hanya karena ada  UU No 29 tahun 2007 itu saja yang menyebabkan jabatan Sekda Provinsi DKI Jakarta menjadi  lebih seksi dibandingkan sekda di provinsi lain, termasuk di provinsi-provinsi dengan jumlah penduduk besar di Pulau Jawa dan di provinsi yang memiliki kekayaan alam melimpah. APBD DKI yang tahun 2013 ini mencapai Rp 41 triliun lebih dan dari tahun ke tahun  terus naik itu juga menjadi salah satu daya pikat yang tak kalah menggiurkan.
Gubernur DKI Fauzi Bowo didampingi Fadjar Panjaitan dan Prijanto
“Jakarta adalah satu provinsi yang memiliki pendapatan asli daerah  sangat baik,” ujar Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Made Suwandi beberapa waktu lalu.  Di Indonesia hanya 20-an persen pemerintah daerah yang memiliki kemandarian dari sisi anggaran. Artinya, sebagian besar pemda masih tergantung dari pemerintah pusat dalam hal anggaran.
Apa hanya itu kewenangan sekda? Tidak! Sekda Pemprov DKI juga  menjadi Ketua Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) yang memiliki kewenangan memutasi para pejabat hingga pejabat eselon dua. Siapa yang akan  diangkat menjadi kepala dinas, kepala biro, wali kota, dan pejabat lainnya, atau siapa yang akan dimutasi dari jabatan satu ke jabatan lain, selalu dibahas dalam baperjakat. Hasilnya kemudian dilaporkan ke gubernur untuk  dibuatkan surat keputusannya. Bisa dibayangkan kan bagaimana kekuasaannya?
Karena posisi strategis itu –dan masih banyak kewenangan lain yang dimiliki sekda— maka jabatan Sekda Pemprov DKI Jakarta yang kini masih dijabat oleh Fadjar Panjaitan, menjadi salah satu jabatan yang sejak awal Jokowi-Ahok ditetapkan sebagai pemenang Pilgub DKI 2012, menjadi bahan omongan sejumlah pihak. Baik dari kalangan pejabat DKI hingga pusat, para politisi di tingkat lokal hingga nasional, maupun para pihak yang mengaku dekat dengan kekuasaan dan merasa berjasa atas terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai gubernur, mulai kasak-kusuk.  
Apalagi,  Fadjar Panjaitan yang dilantik menjadi Sekda pada 5 Oktober 2010 telah memasuki masa pension. Di samping itu, dia disebut-sebut sebagai salah satu orang dekat mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo yang tentunya  menggalang dukungan dari birokrat untuk menyukseskan Foke –panggilan Fauzi Bowo—pada  Pilgub lalu. Meski Jokowi bilang bahwa pergantian pejabat adalah wewenangnya, bukan sebuah rahasia  bila partai politik maupun sejumlah pihak pendukungnya   ikut cawe-cawe dalam penentuan pejabat DKI.
Adanya pihak-pihak yang mencoba memengaruhi dan ikut menentukan pejabat DKI pun telah disampaikan secara terang-terangan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawai Soekarnoputri. Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan di Surabaya, Jawa Timur, Mega menyebutnya ada penumpang gelap yang ikut menikmati kemenangan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga Tubagus Hasanuddin lebih merinci bahwa penumpang gelap ini berharap terlalu banyak. “Ada yang titip jadi Ketua Bappeda (Badan Perencana Pembangunan Daerah), ada yang kasak-kusuk ke wali kota dan wakil wali kota. Saya dapat info sudah ada DP (down payment) untuk jabatan di pemda," katanya. Tapi, dia tak menyebut siapa pihak yang dimaksud.

Ketua DPW Partai  Gerindra DKI, M Taufik, mengatakan, Gerindra tak merasa tersendir atas pernyataan Megawati tersebut. Dia juga menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi-Ahok terkait mutasi pejabat DKI –termasuk penggantian Fadjar Panjaitan.
Mudah-mudahan saja, Jokowi yang memiliki pengalaman mengelola Pemkot Solo dengan APBD 2012 sekitar 1,19 triliun dan jumlah pegawai sekitar 10.000 orang mampu memimpin Jakarta dengan APBD Rp 41 triliun dan pegawai sekitar 80.000 orang ini menjadi lebih baik. Salah satu kunci sukses memimpin Jakarta adalah adanya dukungan dari para birokrat yang benar-benar profesional dan bermental melayani warga.

Palmerah, 15102012
**pro**

Sabtu, 13 Oktober 2012

Reformasi Birokrasi Ala Jokowi


BEGITU Jokowi- Ahok dinyatakan memenangi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2012, berbagai komentar terkait reformasi birokrasi bermunculan.  Salah satunya adalah upaya de-Foke-isasi birokrasi. 
Para pejabat loyalis mantan Gubernur Fauzi Bowo dianggap salah satu penyebab buruknya birokrasi  Pemerintah Provinsi  (Pemprov)  DKI Jakarta.  Karena itu, mereka perlu ‘disingkirkan’. Isu perombakan pegawai itu sendiri dikait-kaitkan dengan pernyataan Jokowi saat kampanye bahwa birokrasi di DKI cenderung minta dilayani karena itu harus diubah.

Isu itu langsung ditanggapi Gubernur Fauzi Bowo. Menurutnya, pejabat yang ia angkat berdasarkan kompetensi yang bersangkutan. Tidak ada unsur like and dislike dalam mutasi pejabat. “Saudara tidak usah takut diganti. Saudara saya angkat berdasarkan profesionalisme dan kompetensi yang Saudara miliki. Bekerjalah secara profesional,” ujar Foke –panggilan Fauzi Bowo—di depan para kepala satuan perangkat kerja daerah (SKPD) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta di hari terakhir masa kerjanya, Minggu (7/10/2012). Pernyataan serupa juga telah disampaikan Foke beberapa hari sebelumnya.

Jumat, 12 Oktober 2012

Merajut Indonesia dengan Bersepeda

-->
Pesepeda Bali-Komodo melintasi Jalan Trans Sumbawa

Berawal dari mimpi sang pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, yang ingin merajut Indonesia dengan bersepeda. Perlahan tapi pasti, mimpi itu mulai teralisasi dan diharapkan bisa dicapai pada 2015 atau bertepatan dengan ulang tahun ke-50 Harian Kompas. Meski sempat absen pada 2009, kegiatan menjelajah Indonesia dengan bersepeda dari tahun ke tahun terus digelar.

Kegiatan dimulai pada 2008 dengan Ekspedisi Anyer-Panarukan De Grote Postweg yang diikuti 17 peseda. Sempat kosong setahun, pada 2010 jelajah sepeda kembali dilaksanakan. Kali ini menempuh perjalanan sejauh 1.100 km yang diikuti oleh 33 peseda. Sebagian besar mereka adalah anggota komunitas peseda, termasuk dari Kompas Gramedia Cyclist (KGC), komunitas peseda karyawan Kompas Gramedia. Pada 2011, digelar Jelajah Jakarta-Palembang yang diikuti 50 peseda dengan menempuh rute sekitar 800 km.

Tahun 2012, acara menyusuri Indonesia kembali dilksanakan. Rutenya adalah Bali-Lombok-Komodo yang dilaksanakan 18-24 September 2012. Wartawan Wartakotalive, Suprapto, menjadi salah satu peserta jelajah ini. Selain ikut menggowes, dia juga akan menuliskan laporan secara rutin. Jarak tempuh perjalanan darat sekitar 654 km yang dibagi dalam tujuh etape. Dibandingkan tiga jelajah sepeda sebelumnya, jarak Jelajah Bali-Komodo paling pendek, tapi paling banyak menyeberangi laut, yaitu empat kali.

Penyeberangan pertama adalah dari Pelabuhan Padang Bai-Labuhan Lembar (sekitar 4 jam), penyeberangan kedua dari Labuhan Kayangan-Labuhan Pototano di Nusa Tenggara Barat (2 jam), ketiga dari Labuhan Sape-Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur (8 jam), dan terakhir dari Labuhan Bajo-Pulau Komodo (4 jam).

Peseda berasal dari sejumlah komunitas, termasuk sponsor kegiatan tersebut, seperti Pertamina dan didukung oleh Polygon, yang total berjumlah 80 orang. Dari jumlah itu, 17 di antaranya berasal dari KGC. Menurut Jannes Eudes Wawa, Ketua Panitia Kompas Jelajah Sepada Bali-Komodo, ke-17 anggota KGC telah melakukan latihan sebanyak enam kali di bawah pelatih Marta Mufreni, mantan atlet sepeda, yang juga menjadi road captain dalam jelajah kali ini.
narsis di sela-sela ngegowes
Menurut Jannes, jelajah sepeda ini akan mengelilingi Pulau Bali, dan dari Pulau Bali menuju Komodo, Nusa Tenggara Timur, melewati Pulau Lombok dan Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Jelajah ini melewati jalan-jalan utama dan sejumlah obyek wisata terkemuka, sehingga akan ikut mempromosikan potensi daerah setempat.

Selain kegiatan latihan, calon peserta dari KGC juga menjalani serangkain tes kesehatan seperti yang sudah dilakukan pada kegiatan jelajah sepeda tahun-tahun sebelumnya. Menurut Marta, latihan bersama sangat penting untuk melatih kekompakan tim sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh peserta.

“Kami tetap menggelar latihan meski bulan puasa. Terakhir latihan dilaksanakan pada Sabtu (9/9) dengan menempuh jarak sekitar 100 km,” ujar Marta.
Sebelum Jelajah Bali-Komodo digelar, di Pulau Bali diadakan Bali Bike 14-16 September 2012 yang diikuti 100 orang. Berwisata sambil menikmati indahnya panorama Pulau Dewata itu menempuh jarak sekitar 300 km.

Selasa (18/9), tim Jelajah Bali-Komodo akan memulai etape pertama dari Nusa Dua, Bali, dan finish di Lombok. Etape pertama ini menempuh jarak sekitar 105 km. Mudah-mudahan, pada 2015, mimpi Jakob Oetama benar-benar terwujud.
**pro**

Rabu, 10 Oktober 2012

Bebas Stroke Berkat Gowes

Djoko (jongkok pakai helm) bergaya di atas kapal

-->
SELAIN diikuti oleh lima penggowes perempuan atau biasa disebut Srikandi sepeda, Jelajah Sepeda Kompas Bali-Komodo yang berlangsung 18-24 September 2012 juga diikuti oleh sejumlah pesepeda gaek. Meski demikian, mereka tidak kalah oke dibandingkan goweser lain.

     Daeng (64) celana hitam
Salah satu goweser sepuh itu adalah Tjahjadi. Meski sudah berusia 64 tahun, peseda asal Surabaya, Jawa Timur, ini termasuk yang jago ditanjakan. Ketika goweser lain dengkulnya mulai cenat cenut,  napas ngos-ngosan, dan kecepatannya terus menurun, bahkan terkadang dibantu didorong oleh motoris, Tjahjadi tetap stabil. Sehingga, jangan heran ketika di tanjakan, sering kali dia menyodok ke depan, meninggalkan beberapa pesepeda lain.
"Kalau di jalan datar, biarin aja anak-anak muda di depan. Di tanjakan baru saya yang maju," ujar pensiunan guru olahraga ini.
Apa tip Daeng, panggilan Tjahjadi, yang jago tanjakan meski usia paling tua di antara peserta lain? "Kita harus lihat tingkat kemiringan tanjakan, gir juga pakai yang nomor 1, 2, dan 3 aja. Selain itu, tangan dan badan kita juga harus menyesuaikan irama kaki," ujar mantan pebalap dan pelatih sepeda ini memberi tip.
Jalan Trans Sumbawa
Semula, ia menjelaskan secara teori, termasuk menghitung tingkat kemiringan, gravitasi, dan jumlah gigi sepeda. Karena terlalu njelimet, saya  minta kiat yang mudah. Saya nggak kebayang kalau harus menghitung rumus gravitasi, putaran roda, jumlah gir, dan lain sebagainya ketika mengayuh di tanjakan.  Dan, terapis penderita stroke --yang menyarankan pasiennya bersepeda supaya terbebas dari stoke-- ini pun memberikan tip singkat tadi.
Go Suhartono (kiri) berfoto bersama wapemred Kompas
Goweser sepuh lainnya yang tak kalah kuatnya, baik di jalan datar maupun tanjakan adalah Djoko (57) dan Go Suhartono (64). Joko yang asal Jakarta dan Go Suhartono yang asal Surabaya mengaku secara rutin bersepeda. 
        
"Saya hampir setiap hari gowes keliling Surabaya. Kadang-kadang, sehari bisa 150 km. Kadang sama teman-teman juga turing, misalnya  ke Yogyakarta atau daerah lain," ujar Pak Go, sapaan untuk Go Suhartono.
Djoko malah mengaku sering turin ke sejumlah wilayah, seperi Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan tur Bali Bike (14-16 September). Beberapa minggu lalu, dia dan para goweser lainnya baru saja menjelajah ranah Minang lewat ajang Padang Audax.
Seperti biasa, meski sudah gaek, peseda yang satu ini memang senang narsis. Sehingga, ia pun mengirimkan foto-fotonya. Termasuk foto ketika ia tertidur di emperan. “Ini foto setelah naik kelok 44,” ujarnya lewat blackberry messenger.
Meski mereka telah ber-KTP ‘seumuer hidup’, sikap dan perilakunya tetap asyik. Diajak ngobrol oke. Bercanda juga hayuk.  
Karena rajin bersepeda, para 'manula' itu juga tetap enerjik, bebas stroke, sehat, dan murah senyum serta humoris. Mereka terlihat lebih muda dari usianya. Itulah manfaat lain bersepeda. Siapa mau mencoba. 

**pro.suprapto**
Palmerah, 11102012
Salah satu rute yang dilewati jelajah Bali-Komodo di Pulau Sumbawa