Selasa, 02 Oktober 2012

Jelajah Bali-Komodo: Kebersamaan dan Kepuasan Bersepeda


wartakotalive.com -->




TIBA-TIBA saya ingat Pak Djoko. Orang terkadang mengenalnya sebagai Djoko Merlin. Di BB-nya juga dia menulis sebagai Djoko Merlin. Bisa jadi dia dikenal dg 'Merlin' di belekang namanya krn sering pakai sepeda merek Merlin. Djoko mengaku membeli sepeda itu di atas Rp 20 jt. Wuihh.
Saya bukan mau ngomongin  sepedanya. Saya justru tertarik dan sering  ingat dengan kelakuannya. Juga dengan semangatnya. Bayangkan! Meski usianya 57 tahun, dia tetap suka bercanda dan bersemangat ketika sebagian penggowes sdg ngos-ngosan di tanjakan. Dia sering mendahului d
ari sisi kanan  ketika peserta jelajah sedang 'menurunkan' kecepatan di jalan mendaki.  Saat itu biasanya dia melontarkan omongan, "Mana suaranya." Kesannya meledek, tapi sesungguhnya --paling tdk dalam pandangan saya-- itu adalah pelecut semangat.
Saya juga ingat omongannya ketika jamuan makan malam sebagai tanda berakhirnya jelajah Bali-Komodo  di Hotel Jayakarta, Labuan Bajo, Senin (24/9). Pertama dia memuji teman
-teman KGC yang kompak dan oke-oke. Kedua dia bilang, tentang kebersamaan. "Mungkin akan lebih pas kalau peseda yg kuat di tanjakan, tetap mendampingi peseda lain yg kurang kuat. Sehingga, mereka tetap semangat dan tidak merasa ditinggal," katanya.
Ketika ada tem
an peseda lain --yang kebetulan tidak ikut jelajah Bali-Komodo tetapi hadir di Hotel Jayakarta--  mendengarnya, dia berujar, "Kalau begitu, bisa mengurangi akselerasi peseda yg kuat. Dia bisa down."
Mungkin karena tak enak berbeda pendapat, begitu tem
an itu pergi mengambil makanan, Djoko kembali berpendapat bahwa kehilangan akselerasi atau tidak tergantung kemampuan dan mental peseda. "Buktinya ada yang lebih kuat gowes, toh dia tetap bisa bersepeda dalam kebersamaan," katanya.
Saya yang mendengar dan terlibat dalam pembicaraan itu ngebatin, dua pendapat itu sama benar. Tergantung dari mana kita melihat dan dalam konteks seperti apa. Yang penting adalah kebersamaan tetap tercipta dan peseda yang punya energi lebih pun tidak kehilangan akselerasinya hanya karena ada teman peseda lain yang lamban jalannya. "Saya puas, setelah tanjakan Wawo, Bima, sampai pelabuhan Sape saya kebut terus. Saya bertiga dengan Dede dan satu peseda dari Bali saling kebut," ujar Bakti, peseda dari Komunitas Cihuni.
Dalam Jelajah Bali-Komodo saya lihat kebersamaan itu tak menghilangkan kemampuan akselerasi
beberapa peseda. Keduanya bisa berjalan beriringan.  Kondisi inilah yang menambah kekuatan dan semangat bagi para peseda sehingga bisa menyelesaikan jelajah sepanjang 650-an km itu tanpa ada kendala berarti.  Selamat menggowes!!!
 **pro**
Palmerah,  02102012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar