Rabu, 10 Oktober 2012

Bebas Stroke Berkat Gowes

Djoko (jongkok pakai helm) bergaya di atas kapal

-->
SELAIN diikuti oleh lima penggowes perempuan atau biasa disebut Srikandi sepeda, Jelajah Sepeda Kompas Bali-Komodo yang berlangsung 18-24 September 2012 juga diikuti oleh sejumlah pesepeda gaek. Meski demikian, mereka tidak kalah oke dibandingkan goweser lain.

     Daeng (64) celana hitam
Salah satu goweser sepuh itu adalah Tjahjadi. Meski sudah berusia 64 tahun, peseda asal Surabaya, Jawa Timur, ini termasuk yang jago ditanjakan. Ketika goweser lain dengkulnya mulai cenat cenut,  napas ngos-ngosan, dan kecepatannya terus menurun, bahkan terkadang dibantu didorong oleh motoris, Tjahjadi tetap stabil. Sehingga, jangan heran ketika di tanjakan, sering kali dia menyodok ke depan, meninggalkan beberapa pesepeda lain.
"Kalau di jalan datar, biarin aja anak-anak muda di depan. Di tanjakan baru saya yang maju," ujar pensiunan guru olahraga ini.
Apa tip Daeng, panggilan Tjahjadi, yang jago tanjakan meski usia paling tua di antara peserta lain? "Kita harus lihat tingkat kemiringan tanjakan, gir juga pakai yang nomor 1, 2, dan 3 aja. Selain itu, tangan dan badan kita juga harus menyesuaikan irama kaki," ujar mantan pebalap dan pelatih sepeda ini memberi tip.
Jalan Trans Sumbawa
Semula, ia menjelaskan secara teori, termasuk menghitung tingkat kemiringan, gravitasi, dan jumlah gigi sepeda. Karena terlalu njelimet, saya  minta kiat yang mudah. Saya nggak kebayang kalau harus menghitung rumus gravitasi, putaran roda, jumlah gir, dan lain sebagainya ketika mengayuh di tanjakan.  Dan, terapis penderita stroke --yang menyarankan pasiennya bersepeda supaya terbebas dari stoke-- ini pun memberikan tip singkat tadi.
Go Suhartono (kiri) berfoto bersama wapemred Kompas
Goweser sepuh lainnya yang tak kalah kuatnya, baik di jalan datar maupun tanjakan adalah Djoko (57) dan Go Suhartono (64). Joko yang asal Jakarta dan Go Suhartono yang asal Surabaya mengaku secara rutin bersepeda. 
        
"Saya hampir setiap hari gowes keliling Surabaya. Kadang-kadang, sehari bisa 150 km. Kadang sama teman-teman juga turing, misalnya  ke Yogyakarta atau daerah lain," ujar Pak Go, sapaan untuk Go Suhartono.
Djoko malah mengaku sering turin ke sejumlah wilayah, seperi Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan tur Bali Bike (14-16 September). Beberapa minggu lalu, dia dan para goweser lainnya baru saja menjelajah ranah Minang lewat ajang Padang Audax.
Seperti biasa, meski sudah gaek, peseda yang satu ini memang senang narsis. Sehingga, ia pun mengirimkan foto-fotonya. Termasuk foto ketika ia tertidur di emperan. “Ini foto setelah naik kelok 44,” ujarnya lewat blackberry messenger.
Meski mereka telah ber-KTP ‘seumuer hidup’, sikap dan perilakunya tetap asyik. Diajak ngobrol oke. Bercanda juga hayuk.  
Karena rajin bersepeda, para 'manula' itu juga tetap enerjik, bebas stroke, sehat, dan murah senyum serta humoris. Mereka terlihat lebih muda dari usianya. Itulah manfaat lain bersepeda. Siapa mau mencoba. 

**pro.suprapto**
Palmerah, 11102012
Salah satu rute yang dilewati jelajah Bali-Komodo di Pulau Sumbawa





Tidak ada komentar:

Posting Komentar