Djoko (jongkok pakai helm) bergaya di atas kapal |
SELAIN diikuti
oleh lima penggowes perempuan atau biasa disebut Srikandi sepeda, Jelajah
Sepeda Kompas Bali-Komodo yang
berlangsung 18-24 September 2012 juga diikuti oleh sejumlah
pesepeda gaek.
Meski demikian, mereka tidak kalah oke
dibandingkan goweser lain.
Daeng (64) celana hitam |
Salah satu goweser sepuh itu adalah Tjahjadi. Meski sudah
berusia 64 tahun, peseda asal Surabaya, Jawa Timur, ini termasuk yang jago
ditanjakan. Ketika goweser lain dengkulnya
mulai cenat cenut, napas ngos-ngosan, dan kecepatannya terus menurun, bahkan terkadang dibantu didorong oleh
motoris,
Tjahjadi tetap stabil. Sehingga, jangan heran ketika di tanjakan, sering kali
dia menyodok ke depan, meninggalkan beberapa pesepeda lain.
"Kalau di jalan datar, biarin aja anak-anak muda
di depan. Di tanjakan baru saya yang maju," ujar pensiunan guru olahraga
ini.
Apa tip Daeng, panggilan Tjahjadi, yang jago tanjakan meski
usia paling tua di antara peserta lain? "Kita harus lihat tingkat
kemiringan tanjakan, gir juga pakai yang nomor 1, 2, dan 3 aja. Selain itu, tangan dan badan kita juga harus menyesuaikan
irama kaki," ujar mantan pebalap dan pelatih sepeda ini memberi tip.
Jalan Trans Sumbawa |
Semula, ia menjelaskan secara teori, termasuk menghitung
tingkat kemiringan, gravitasi, dan jumlah gigi sepeda. Karena terlalu njelimet,
saya minta kiat yang mudah.
Saya nggak kebayang kalau harus menghitung rumus gravitasi, putaran roda,
jumlah gir, dan lain sebagainya ketika mengayuh di tanjakan. Dan, terapis penderita stroke --yang menyarankan pasiennya bersepeda supaya terbebas dari stoke-- ini pun
memberikan tip singkat tadi.
Go Suhartono (kiri) berfoto bersama wapemred Kompas |
Goweser sepuh lainnya yang tak kalah kuatnya, baik di jalan
datar maupun tanjakan adalah Djoko (57) dan Go Suhartono (64). Joko yang asal
Jakarta dan Go Suhartono yang asal Surabaya mengaku secara rutin bersepeda.
"Saya hampir setiap hari gowes keliling Surabaya. Kadang-kadang, sehari bisa
150 km.
Kadang sama teman-teman juga turing, misalnya ke Yogyakarta atau daerah
lain," ujar Pak Go, sapaan
untuk Go Suhartono.
Djoko malah mengaku sering turin ke sejumlah wilayah, seperi Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan tur Bali Bike (14-16 September). Beberapa minggu lalu, dia dan para goweser lainnya baru saja menjelajah ranah Minang lewat ajang Padang Audax. Seperti biasa, meski sudah gaek, peseda yang satu ini memang senang narsis. Sehingga, ia pun mengirimkan foto-fotonya. Termasuk foto ketika ia tertidur di emperan. “Ini foto setelah naik kelok 44,” ujarnya lewat blackberry messenger.
Djoko malah mengaku sering turin ke sejumlah wilayah, seperi Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan tur Bali Bike (14-16 September). Beberapa minggu lalu, dia dan para goweser lainnya baru saja menjelajah ranah Minang lewat ajang Padang Audax. Seperti biasa, meski sudah gaek, peseda yang satu ini memang senang narsis. Sehingga, ia pun mengirimkan foto-fotonya. Termasuk foto ketika ia tertidur di emperan. “Ini foto setelah naik kelok 44,” ujarnya lewat blackberry messenger.
Meski mereka telah ber-KTP ‘seumuer
hidup’, sikap dan perilakunya tetap asyik. Diajak ngobrol oke. Bercanda juga hayuk.
Karena rajin bersepeda, para 'manula' itu juga tetap enerjik, bebas stroke, sehat,
dan murah senyum serta humoris. Mereka terlihat lebih muda dari usianya. Itulah
manfaat lain bersepeda. Siapa mau mencoba.
**pro.suprapto**
Palmerah, 11102012**pro.suprapto**
Salah satu rute yang dilewati jelajah Bali-Komodo di Pulau Sumbawa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar