BEGITU Jokowi- Ahok dinyatakan
memenangi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2012, berbagai
komentar terkait reformasi birokrasi bermunculan. Salah satunya adalah upaya de-Foke-isasi birokrasi.
Para pejabat loyalis mantan Gubernur Fauzi Bowo dianggap salah satu penyebab buruknya birokrasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Karena
itu, mereka perlu ‘disingkirkan’. Isu perombakan pegawai itu sendiri
dikait-kaitkan dengan pernyataan Jokowi saat kampanye bahwa birokrasi
di DKI cenderung minta dilayani karena itu harus diubah.
Isu itu langsung ditanggapi
Gubernur Fauzi Bowo. Menurutnya, pejabat yang ia angkat berdasarkan
kompetensi yang bersangkutan. Tidak ada unsur like and dislike
dalam mutasi pejabat. “Saudara tidak usah takut diganti. Saudara saya
angkat berdasarkan profesionalisme dan kompetensi yang Saudara miliki.
Bekerjalah secara profesional,” ujar Foke –panggilan Fauzi Bowo—di
depan para kepala satuan perangkat kerja daerah (SKPD) di lingkungan
Pemprov DKI Jakarta di hari terakhir masa kerjanya, Minggu (7/10/2012).
Pernyataan serupa juga telah disampaikan Foke beberapa hari sebelumnya.
Joko Widodo (Jokowi) tak mau ketinggalan. Dia segera meresponsnya. Dalam perkenalan dengan para pimpinan SKPD Pemprov DKI yang difasilitasi oleh Fauzi Bowo dan Wagub DKI Prijanto di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, dia mengatakan tidak ada rencana perombakan.
Mantan Wali Kota Solo ini juga
berpendapat bahwa mutasi pejabat ada di tangannya. Pimpinan partai
politik pendukungnya pada Pilgub DKI 2012, tidak memiliki wewenang
mengganti pejabat. Pada Pilgub lalu, dia dicalonkan oleh dua partai
peraih kursi di DPRD DKI, yaitu Partai Gerindra dan Partai PDI
Perjuangan, serta beberapa partai nonparlemen.
Sebenarnya, kalau pun Jokowi
melakukan penggantian pejabat atau reformasi birokrasi di awal masa
jabatannya, itu tidak perlu diributkan. Salah
satu prioritas kerja yang dilakukan pimpinan baru di satu instansi
adalah memastikan para pimpinan di bawahnya bekerja sesuai rencana. Dia
juga harus memastikan semua program yang ia janjikan kepada
konstituennya bisa dilaksanakan dengan baik oleh para pelaksana, yaitu
pimpinan SKPD.
Pada akhir 1979, ketika baru
diangkat menjadi Perdana Menteri (PM) Inggris, Margaret Thatcher pun
melakukan reformasi birokrasi. Meski ketika kampanye dia mengatakan
akan merombak birokrasi Inggris dianggapnya buruk, begitu menjadi PM, dia tak bisa langsung membubarkan atau merombak birokrasi yang ia pimpin.
Thatcher sadar bahwa birokrasi
sesungguhnya adalah sebuah organisasi besar yang diisi oleh orang-orang
yang menguasai bidang pekerjaan tersebut. Karena
itu, yang ia lakukan adalah melakukan reformasi secara bertahap. Dan,
di akhir masa jabatannya, si wanita tangan besi ini pun belum mampu
mereformasi birokrasi Inggris secara maksimal. Program Thatcher kemudian dilanjutkan oleh PM Inggris penggantinya.
Max Weber, seorang sosilog Jerman, berpendapat bahwa birokrasi adalah struktur organisasi yang
besar, yang pada umumnya dianut oleh pemerintahan. Prinsip-prinsip
birokrasi, kata Weber, adalah adanya struktur hierarki formal,
manajemen dengan aturan yang jelas , organisasi dengan fungsional yang
khusus, mempunyai sebuah misi dan target yang akan dituju, dan tidak
diskriminatif. Teori tentang birokrasi terus berkembang, David Osborne
dan Ted Gaebler dalam bukunya Reinventing government: how the entrepreneurial spirit is transforming the public sector menekankan perlunya birokrasi memperhatikan partisipasi masyarakat, adanya kerja tim serta kontrol rekan sekerja (peer group), dan atasan bukan lagi merupakan dominasi atau kontrol. Selain itu, para birokrat juga mesti berjiwa entrepreneur.
Bagaimana dengan birokrasi Pemprov
DKI? Kita berpendapat bahwa ada pejabat yang kurang kompeten, tetapi
banyak juga yang memiliki kompetensi mumpuni. Hal
itu tak perlu banyak diperdebatkan. Salah satu tolak ukurnya adalah
masih banyaknya keluhan warga atas kinerja sebuah instansi.
Sebagai gubernur baru, tentu tidak
ada salahnya jika Jokowi melakukan perubahan organisasi. Caranya antara
lain bisa dengan mengganti sejumlah pejabat. Tetapi, pertimbangan dalam
menempatkan orang tetaplah pada kompetensi yang bersangkutan. Pernyataan Jokowi yang mengatakan, penggantian pejabat bukanlah urusan partai pendukung, tetapi wewenangnya, perlu mendapat apresiasi.
Mudah-mudahan, mutasi pejabat tetap
dilakukan berdasarkan kemampuan mereka. Ciptakan tim yang kuat dengan
membangun kerja sama, bukan dengan main pecat. Kita yakin dan percaya,
Jokowi mampu melakukan itu. Dia memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik dan ini bisa menjadi kekuatannya dalam mereformasi birokrasi
Pemprov DKI. Pengalaman sebagai pengusaha dan kemudian birokrat yang
sukses ketika memimpin Kota Solo, bisa menjadi pijakan
dalam mereformasi birokrasi DKI. Semoga harapan 2.472.130 pemilih dan
sekitar 10 juta warga Jakarta yang merindukan perubahan Jakarta agar
lebih lebih baik bisa terwujud.Palmerah, 13102012
**pro**
http://182.23.45.46/detil/berita/102590/Ganti-Pejabat-DKI-Bukan-de-Foke-isasi
mantap, bravo jokowi-ahok
BalasHapuswww.kiostiket.com