Selasa, 20 Maret 2012

Perjalanan Foke Tak Akan Mulus


Masa pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta berlangsung Selasa (13/3) sampai Senin (19/3). Meski demikian, hingga Rabu (14/3) sejumlah partai politik (parpol)  masih malu-malu kucing.  Hanya ada beberapa pimpinan parpol yang secara terang-terangan sudah berani menyebutkan jagoan mereka. 
Ketua Umum Partai Golkar (PG) Aburizal Bakrie termasuk pimpinan parpol yang paling awal mengumumkan pasangan calon yang bakal mereka usung pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta 2012. Berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Damai Sejahtera (PDS), partai berlambang pohon beringin itu mengusung Alex Nurdin sebagai calon gubernur dan Letjen (Purn) Nono Sampono sabagai calon wakil gubernur.
Pertimbangan Alex sebagai cagub antara lain karena Gubernur Sumatera Selatan itu memiliki tingkat popularitas yang lumayan baik, meski masih kalah dari calon pentahana (incumbent), yaitu Gubernur DKI Fauzi Bowo. Bahkan popularitas Alex pun masih di bawah bakal calon (balon) PG lainnya, Tantowi Yahya. Tetapi, Tantowi tidak mampu atau kalah cepat dalam merangkul PPP dan PDS sebagai mitra koalisi.
Keberadaan  PPP dan PDS sangat penting. Hal ini karena tanpa kedua partai itu, PG tidak akan mampu mencalonkan sendiri pasangan cagub-cawagub. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan, pasangan calon kepala daerah dari partai politik didukung oleh parpol atau gabungan parpol yang memperoleh 15 persen suara pada Pemilu atau meraih 15 persen kursi di DPRD.
Jumlah anggota DPRD DKI periode 2009-2014 adalah 94 orang. PG meraih  7 kursi atau hanya 7,44 persen. Syarat minimal untuk bisa mengusung pasangan calon adalah meraih 15 kursi di DPRD DKI. Dengan menggandeng PPP yang memperoleh 7 kursi dan PDS yang memperoleh 4 kursi, maka koalisi Alex-Nono memiliki modal 18 kursi atau 19,4 persen. Modal yang pas-pasan untuk bisa bertarung memperebutkan kursi nomor satu di Ibu Kota ini.
Lantas bagaimana dengan calon lain? Meski belum ada pengumuman resmi, hamper pasti sang pentahana, Fauzi Bowo, bakal maju lagi. Anggota Dewan Pembina  Partai Demokrat (PD)  secara terang-terangan mengaku telah didukung oleh Ketua Dewan Pembina PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).  Pernyataan Foke –panggilan Fauzi—disampaikan dua hari setelah Ketua Umum PD Annas Urbaningrum mendukung Ketua DPD PD DKI Jakarta, Mayjen Purn Nahrowi Ramli, sebagai kandidat gubernur DKI Jakarta pada Pemilukada DKI 2012. Tetapi, Annas juga bilang bahwa keputusan akhir diserahkan kepada SBY.
Apakah Fauzi hanya didukung oleh PD? Belum jelas betul karena belum ada hitam putih dan pernyataan resmi  dari pimpinan pusat parpol. Tetapi, berdasarkan lobi-lobi yang dilakukan oleh Foke dan timnya serta pernyataan sejumlah pimpinan parpol, dukungan parpol terhadap doktor perencanaan kota lulusan Jerman itu mulai terang. 
Setidaknya ada enam parpol peraih kursi DPRD DKI yang ‘merapat’ ke Foke. Keenam parpol itu adalah Partai Demokrat (PD) yang memiliki 32 anggota di DPRD DKI, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 11 anggota, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 4 anggota, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)  6 anggota, Partai Amanat Nasional (PAN)  4 anggota, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1 anggota. Keenam partai itu menguasai 58 kursi (61,70 persen) DPRD DKI.
Dari keenam partai itu, Partai  Hanura dan PAN bisa dibilang sudah dikunci. PDIP meski telah menjagokan kadernya, Adang Ruchiatna sebagai calon wagub untuk mendampingi Foke,  pimpinan partai berlambang kepala banteng ini masih mencoba bermanuver. Mereka masih saja menyampaikan dua alternatif, yaitu  mengurung kader sendiri menjadi calon gubernur –konsekuensinya berkoalisi dengan parpol lain— dan mengusulkan kadernya untuk mendampingi Fauzi.
“Kami masih menjalin komunikasi dengan Partai Gerindra,” ujar Djarot Syaefullah, Ketua DPD PDIP DKI Jakarta ketika ditanya kemungkinan partai ini menjagokan Wali Kota Solo Joko Widodo sebagai Cagub. Tetapi, Djarot juga tidak menipis alternative lain, yakni mendukung Adang Ruchiatna untuk mendampingi Foke.
Partai Gerindra, lewat Ketua DPD DKI Jakarta, telah mendukung  Fauzi Bowo. Meski demikian, sekjen partai ini masih saja memanas-manasi Wali Kota Solo, Joko Widodo (Jokowi), agar mau maju sebagai calon gubernur. Jika PDIP mengusung Jokowi, Gerindra siap berkoalisi. Kedua partai ini menguasai 17 kursi DPRD DKI (18 persen).
Jika dibandingkan Pemilukada DKI 2007, pada Pemilukada DKI tahun ini peta politiknya relatif lebih susah dibaca. Selain karena munculnya calon independen setelah UU No 32 tahun 2004 diamandemen oleh Mahkamah Konstitusi (MK) seperti tertuang dalam putusan bernomor  5/PUU-V/2007,  semangat untuk menjadikan PKS sebagai ‘musuh bersama’ seperti yang terjadi pada tahun 2007 juga mulai mengendor.
Pemilukada DKI 2007 hanya diikuti oleh dua pasangan, yaitu Fauzi Bowo-Prijanto yang didukung  oleh  20 partai  atau setara dengan 72,37 persen akumulasi perolehan suara pada Pemilu 2004, dan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang hanya didukung oleh PKS yang meraih 18 kursi DPRD DKI (24 persen). Jumlah anggota DPRD DKI 2004-2009 adalah 75 orang.
Dari 20 parpol pendukung Foke-Prijanto pada 2007, parpol peraih kursi DPRD DKI adalah Partai Demokrat (PD) 16 anggota, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)  11, Partai Golkar (PG)  7,  Partai Persatuan Pembangunan (PPP)  7, Partai Amanat Nasional (PAN) 6, Parta Damai Sejahtera  (PDS)  4, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)  4, dan Partai Bintang Reformasi (PBR) 2. Jika dihitung perolehan kursi di DPRD DKI, maka dukungan terhadap Fauzi-Prijanto sebanyak 76 persen suara.
Jika benar Fauzi didukung oleh enam parpol peraih 61,70 persen kursi DPRD, jika dibandingkan Pemilukada 2007, berarti terjadi penurunan  dukungan sebesar 14,3 persen. Dari jumlah partai pendukung pun berkurang 14 parpol. ***
Bagaimana dengan calon lain? PKS yang meraih 18 kursi (19,14 persen) DPRD DKI, sepertinya akan kembali ‘bersolo karier’. Partai ini yang sebelumnya berharap dipinang Foke dengan mengusung atau menjagokan mantan Ketua DPW PKS DKI Jakarta, Triwisaksana, ternyata kemungkinan akan berjalan sendiri. Sebuah sumber menyebutkan, Foke tidak bersedia berkoalisi dengan PKS karena tidak direstui oleh SBY. Wakil Sekjen PKS Mahfud Sidik menyebut ada kekuatan sangat besar yang mencegah duet Foke-Triwisaksana.
Sejumlah figur, antara lain Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden Partai Keadilan (PKS), mulai digadang-gadang bakal diduetkan dengan Triwisaksana. Hidayat adalah anggota DPR 2009-2014 dari Jawa Tengah. Pada Pemilu 2004, ketika Hidayat  menjadi anggota DPR mewakili DKI Jakarta, dia termasuk anggota dewan yang paling banyak dipilih secara langsung oleh rakyat. Artinya, dia memiliki modal, meski dalam survey tingkat popularitas tidak pernah muncul.
 Dua pasangan calon independen, yaitu pasangan  Faisal Basri Batubara-Biem Triani Benjamin dan Mayjen Purn Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria telah menyampaikan surat dukungan. Setelah diverifikasi, Hendardji-Riza masih butuh sekitar 14.000 dukungan lagi, sedangkan Faisal-Biem butuh sekitar 190.000 dukungan. Hendardji-Riza di atas kertas tentu akan lebih mudah memperoleh 14.000 dukungan dibandingkan Faisal-Biem yang harus bergerilya mengumpulkan 190.000 dukungan.
Jika kedua calon independen itu itu lolos, maka Pemilukada DKI 2012 akan diikuti setidaknya lima pasangan calon. Syarat untuk menjadi pemenang pada Pemilukada DKI harus meraih 50 persen lebih suara seperti diatur dalam UU No 29 tahun 2007 tentang Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.  Ayat (1) Pasal 11 UU ini berbunyi: Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memeperoleh  suara lebih dari 50 persen, ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih. Ayat (2) berbunyi: Dalam hal tidak ada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diadakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada putaran pertama.  Untuk daerah lain, syarat menjadi pemenang pemilukada adalah meraih suara 25 persen atau lebih.
Dengan syarat harus meraih dukungan mayoritas (50 persen lebih), maka jika ada lima pasangan calon, sangat sulit bahwa Pemilukada DKI 2012 akan berlangsung satu putaran. Karena itu, dua pasangan calon yang meraih suara terbanyak, bakal bertarung kembali pada Pemilukada DKI putaran kedua. Fauzi Bowo pun berlu kerja keras jika ingin kembali menjadi DKI1. Siapa pemenangnya, sebenarnya sudah bisa ditebak, tapi biarkan sekitar 7 juta pemilih Jakarta yang akan menentukannya. 

Jangan salah pilih! 
-pro-
Catatan: Tulisan ini dibuat Rabu (14/3).

2 komentar:

  1. wah, top om pro mulai ngeblog. Pasti ngak salah pilih, lanjut om.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai bib. thanks. ini kan ikut2an habib aja, sekalian utk hiburan dan sharing knowledge

      Hapus