ANDA
tentu ingat bagaimana Abdurrahman Wahid (alm) ketika masih menjadi Presiden RI
secara terang-terangan menyindir perilaku anggota DPR yang seperti anak TK.
Awal tahun ini, sejumlah politisi Senayan juga beramai-ramai mempertontonkan
aksi saling sindir. Nama-nama ikan pun bermunculan. Ada teri, salmon, paus, dan
piranha.
Politisi
Demokrat, Sutan Bathoegana, menuding politisi PKS dan Golkar sebagai ikan
salmon atau intelektual kagetan asal ngomong. Tak diterima dijuluki salmon,
politisi PKS balik menuding kader Demokrat ini ikan piranha yang buas. Politisi
ikan piranha diartikan sebagai politisi yang pikiran, hati, dan bicaranya suka
beda, kata Wakil Ketua Komisi III DPR dari PKS, Nasir Jamil.
Bambang
Soesatyo yang geram disebut ikan salmon balik menuding ’musuhnya’ sebagai ikan
teri asin. Tak mau ketinggalan, politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat,
bilang bahwa semuanya akan berakhir pada saat ikan
paus muncul. Ikan paus akan menelan ikan salmon, teri asin, dan piranha.
Apa
berhenti di sini. Ternyata tidak. Saling sindir antaranggota dewan memang untuk
sementara stop. Tapi, kini muncul perilaku saling ejek atau sindir yang biasanya menjadi perilaku keseharian
anak-anak itu menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
(Pemilukada) DKI Jakarta 2012. ‘Pemainnya’ adalah sejumlah calon DKI 1 (sebutan
untuk calon Gubernur DKI) dan calon DKI2 (calon wakil gubernur). Ada yang
dengan bahasa halus ada pula yang dengan cara sarkasme (kasar).
Pada
Minggu, 4 Maret 2012, Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin ketika namanya baru
disebut-sebut bakal maju dalam Pemilukada DKI 2012, melontarkan pernyataan yang
menggelitik. Dia berujar, “Dalam tiga tahun, Gubernur Sutiyoso mampu membangun
10 koridor busway. Tetapi, Foke dalam lima tahun hanya membangun satu koridor
busway.”
Bus
Transjakarta atau bus yang melaju di jalur khusus –biasa disebut juga busway—pertama
kali dibangun Gubernur DKI Sutiyoso pada 15 Januari 2004 yang melayani rute
Blok M-Jakartakota. Gubernur kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 itu memimpin
Jakarta sejak 1997 hingga 2007. Angkutan umum yang diadopsi dari Bogota ini,
pada era pemerintahan Sutiyoso bisa dibangun sampai 10 koridor. Jalur bus
Transjakarta koridor IX (Pinangranti-Pluit) dan koridor X
(Cililitan-Tanjungpriok) dibangun 2007, di akhir pemerintahan Sutiyoso. Tetapi,
mulai dioperasikan akhir 2010 pada era Gubernur Fauzi Bowo. Tahun 2011, Fauzi membangun dan
mengoperasikan Transjakarta koridor XI (Kampungmelayu-Pulogebang).
Alex
juga menyindir Foke –panggilan Fauzi Bowo-- yang tidak bisa mengatasi macet
Jakarta meski telah lima tahun memimpin Ibu Kota. Dia menyatakan sanggup
mengatasi masalah kronis itu dalam waktu tiga tahun. Jika tidak selesai, Alex
berjanji akan mundur.
Menanggapi
kritikan itu, Foke tak mau kalah. Menurutnya, masalah macet Jakarta tak mungkin
diatasi hanya dalam waktu tiga tahun. Itu omongan yang sangat mustahil. "Emang
tukang sulap David Copperfield," katanya dengan nada ketus, Selasa (20/3).
Bahkan sehari sebelumnya, ketika deklarasi dirinya yang berpasangan
dengan Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli, Foke melemparkan sendiri yang lebih pedas.
Dia yang lahir dan besar di Jakarta, tidak redo
jika Ibu Kota akan diobok-obok oleh orang lain. “Saya tidak ikhlas Jakarta
diacak-acak oleh orang lain. Orang lain bisa pulang ke kampungnya, kalau saya
pulang ke mana,” ujar Foke di hadapan para pendukungnya di Jalan Diponegoro,
Jakarta Pusat, Senin (19/3) malam. Ayah Foke berasal dari Jawa Timur, sedangkan
ibunya asli Betawi.
Selasa (20/3), pernyataan Foke yang pada 2007 dikenal dengan tagline kampanye serahkan pada ahlinya
dan coblos kumisnya itu mendapat tanggapan Hidayat Nur Wahid, calon Gubernur
dari PKS, yang berpasangan dengan Didik J Rachbini. Hidayat yakin tidak ada
niatan dari calon yang berasal dari luar Jakarta yang akan mengacak-acak Ibu
Kota. Joko Widodo, Wali Kota Solo, yang dicalonkan menjadi gubernur berpasangan
dengan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) oleh PDIP-Gerindra, serta Alex-Nono Sampono
yang dicalonkan oleh Partai Golkar, PDS, dan sejumlah partai nonparlemen, pasti
berniat baik untuk membangun Ibu Kota.
“Siapa pun yang datang ke
Jakarta bukan datang untuk mengobok-obok Jakarta. Pak Jokowi dan Pak Alex
Noerdin tidak ingin mengobok-obok Jakarta. Succsess
story yang mereka miliki di Solo dan Sumsel mau dibawa ke Jakarta dan saya
welcome,"kata Hidayat kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta,
Selasa (20/3/2012) seperti
dikutip detik.com. Jakarta
bukan cuma punya orang Betawi, katanya.
Hidayat malah mempertanyakan soal
keahlian Foke dalam
menangani Jakarta. Hidayat menuding realisasi janji Foke dalam kampanyenya yang
lalu tidak sesuai dengan amanah pemimpin yang seharusnya melayani masyarakat.
"Jangan seperti sekarang ini, katanya serahkan kepada ahlinya. Tapi masih
ada banjir, masih ada penggusuran, masih ada jalan rusak. Ke mana ahlinya?"
ujar Hidayat.
Tak mau ketinggalan, Ahok pun mengeluarkan sindiran bahwa saat ini,
anak-anak muda Jakarta tidak suka dengan orang berkumis. Idola mereka adalah
bintang korea dan Jepang yang tidak berkumis dan masih muda. Tentu, Ahok ingin
menyinggung tagline coblos kumisnya Bang Foke serta ingin menjual dirinya yang
berasal dari etnis Tionghoa dan tidak berkumis. Ahok, Bupati Belitung Timur 2005-2010 yang juga
anggota Komisi II DPR dari Partai Golkar ini lahir di lahir
di Manggar, Belitung
Timur, 29 Juni
1966.
Menarik memperhatikan ucapan
saling sindir antarcalon gubernur yang pemenangnya akan ditentukan dalam
pencoblosan pada 11 Juli 2012. Mereka mulai ‘perang’ kata-kata, perang lewat
media, dan perang psikologis, meski
belum bekerja untuk warga Jakarta. Saya jadi ingat kata-kata bijak yang
disampaikan oleh filsuf Yunani, Socrates.
Katanya, “Tuhan telah
menciptakan dua telinga dan satu lidah untukku agar aku banyak mendengar
daripada berbicara. Tetapi kalian lebih banyak bicara daripada mendengar”.
Do the Best
Palmerah, 230312
**pro**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar