Senin, 02 April 2012

Bulan Madu Jokowi-Media









SEJAK awal Januari 2012, sepertinya tidak ada hari tanpa berita Jokowi. Mulai dari mengganti mobil dinas dengan mobil rakitan siswa SMK yang diberi merek Esemka hingga perjalanannya ke Jakarta untuk menguji emisi mobil tersebut, Joko Widodo, nama lengkap Wali Kota Solo ini, selalu jadi bahan berita. Namanya tetap saja menghiasi sejumlah media massa, baik media mainstream maupun media sosial seperti facebook atau twitter.
Namanya makin moncer diberitakan ketika ia mulai disebut-sebut menjadi salah satu bakal calon (balon) gubernur  yang akan diusung PDI Perjuangan dalam Pemilukada DKI 2012. Dan, ketika pada Senin, 19 Maret 2012, dia benar-benar diusung oleh PDIP dan Partai Gerindra menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pemilukada DKI 2012, sejumlah televisi, radio, koran, online, maupun majalah, seperti berlomba membuat liputan tentang dia.
Jokowi benar-benar name make news. Apa yang dilakukan Jokowi hampir selalu layak berita dan tetap ada pembacanya. Peristiwa yang mungkin bagi cagub lainnya hal biasa, ketika dilakukan Jokowi yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menjadi seperti ‘luar biasa’. Keduanya yang naik Kopaja saat mendaftarkan sebagai cagub dan cawagub ke Kantor KPU DKI di Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, saja jadi berita.
Apa cuma sampai di situ? Ternyata Tidak! Kemeja bermotif kotak-kotak yang dipakai Jokowi-Ahok kemudian dibahas secara detail. Mulai dari di mana belinya, apa maksudnya, berapa harganya, sampai berapa jumlahnya diulas secara lengkap. Hobi Jokowi dalam bermusik pun dibuat menjadi berita utama beberapa media.
Sebelum menghadiri pertemuan dengan kader Partai Gerindra di Mal Thamrin City, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 24 Maret 2012, Jokowi tanpa tedeng aling-aling mengaku bahwa dirinya adalah penggemar musik metal, musik keras yang terkadang diidentikkan dengan kalangan anak muda yang urakan. Saat itu, saya mendengar bahwa dia mengaku sudah mengantongi tiket konser grup metal.
“Saya sudah pegang tiket Dream Theater. Kalau ada yang mau nonton bareng, ayo. Tapi, tiket saya kelas yang paling murah,” ujarnya. Dream Theater akan menggelar konser di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu, 21 April 2012. Harga tiket Rp 750.000 hingga Rp 4 juta.
Dia juga mengaku sempat menonton grup metal Lamb of God. Jokowi juga mengaku penggemar berat Metallica, Scorpion, Depp Purple,  Genesis,  Napalm Death. Dia fasih menyebut grup music itu dan memberikan salam ala metal dengan menunjukkan tiga jari tangannya. “Tapi, saya juga senang musik campursari,” ujarnya yang disambut gerrrr wartawan dan kader Partai  Gerindra.
Kalau Jokowi hobi metal, pasangannya, Ahok, ternyata menyukai musik yang dicitrakan sebagai musik kelas bawah, dangdut. Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku sejak kecil menyukai musik dengan ciri khas seruling bambu dan gendang tersebut. “Waktu itu, kalau ada film Rhoma Irama, kita nonton bareng,” ujar Ahok,yang lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966 ini.
Soal kemeja yang motif kotak-kotak itu, Jokowi berujar, “ Saya baru punya dua pasang. Jadi pakai cuci, pakai cuci. Kami akan siapkan ribuan. Saya ingin jadi trend setter  di Jakarta. Lihat satu sampai dua minggu, anak-anak  muda akan ikut. Saya akan pakai ini sampai 11 Juli.” 11 Juli 2012 adalah hari pencoblosan Pemilukada DKI 2012 tahap pertama.
Saat mengunjungi Redaksi Kompas.com, Sabtu (31/3/2012), Jokowi  mengatakan, ia selalu menggulung lengan baju kotak-kotak yang ia kenakan karena ingin menunjukkan bahwa pemimpin harus siap bekerja.
Hal sama ditegaskan pula oleh Ahok. "Kami memilih kemeja ini bukan tanpa alasan. Ini ada artinya. Intinya adalah kami akan kerja untuk rakyat dan turun terus ke lapangan. Jakarta butuh cagub-wagub yang tidak hanya duduk di belakang meja," katanya (www.kompas.com. 1/4).  "Kami tidak bisa memberikan yang terbaik pada masyarakat jika kami hanya berdiam saja di kantor, harus turun ke lapangan," ujarnya.
Soal tiga warna yang menjadi bagian dalam kemeja tersebut, Ahok mengatakan, hal itu memiliki makna bahwa warga Jakarta beraneka ragam, baik dari suku, etnis, maupun agama, dan tetap hidup berdampingan dengan damai. Ini cerminan Nusantara!
Meski sama seperti Jokowi yang meninggalkan daerahnya untuk ‘nglurug’ ke Jakarta, pemberitaan Alex Nurdin tak segencar Jokowi. Tak ada yang membahas kemeja batik Alex dan pasangannya, Nono Sampono, atau kopiah keduanya yang mereka kenakan saat mendaftar di Kantor KPU DKI Jakarta. Begitu juga media tak ada yang secara khusus mengulas kemeja atau baju koko dengan kalung sarung yang dipakai Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli atau kemeja PKS dan kemeja hitam yang dipakai Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini.
Bahkan, aktivitas Jokowi di Solo –setelah mendaftar cagub di Jakarta-- pun masih terus disorot. Media secara khusus menulis bagaimana Jokowi berpamitan dengan warganya, membagi-bagikan beras dan uang kepada ibu-ibu tua di Solo, dan kemudian ada warga yang tumpengan. Singkat kata, kalau bulan madunya pengantin hanya berlangsung beberapa hari, tetapi bulan madu Jokowi-media masih terus berlangsung meski sudah tiga bulan.

Kenapa bulan madu Jokowi-media berlangsung lama? Banyak hal yang memengaruhi hubungan itu. Tapi, paling tidak salah satu faktor utama adalah figur Jokowi yang selama ini dianggapan sebagai wali kota yang cukup sukses di Solo. Dalam periode keduanya, dia dipilih di atas 90 persen warga Solo. Di samping itu, Jokowi juga pandai memosisikan diri sebagai sesuatu yang beda. Misalnya, saat para pejabat ganti mobil dinas, dia memilih pakai mobil esemka. Ketika beberapa cagub-cawagub berpakaian ala Betawi atau berbatik ria, dia berkemeja kotak-kotak. Ketika pasangan cagub-cawagub memasang spanduk dan gambar di sana sini, Jokowi berjanji tak akan mengotori kota dengan foto diri. Ketika cagub-cawagub dari kalangan ‘orang besar’ Jokowi menempatkan dirinya sebagai semut. Dan yang tak kalah pentingnya, kehadiran Jokowi telah mengubah peta perpolitikan Pemilukada DKI Jakarta  2012 ini.Optimisme petahana untuk sukses dalam satu putaran, berubah total.

Apakah tak ada cerita sumbang tentang Jokowi dari kalangan pers? Ternyata mulai terdengar. Cerita itu bermula ketika pada Senin, 2 April 2012, Jokowi tidak datang dalam diskusi bersama tokoh pers yang diadakan oleh PWI di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Hanya dua pasangan pasangan cagub, yaitu Alex-Nono dan Faisal Basri-Biem Benjamin, yang datang. Meski David, ajudan Jokowi, mengatakan bahwa bosnya itu Senin siang memberikan kuliah umum di UI, para tokoh pers, termasuk sejumlah pemimpin redaksi media massa, tetap menunggu kehadiran Jokowi. Apalagi, Ahok yang kata David telah ditugasi untuk mewakili Jokowi terlebih dulu juga tidak hadir tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Dia malah mengirim jawaban ke panitia melalui blackberry messenger, “Bukannya Mas Jokowi?” Kemudian Ahok pun meminta maaf karena tidak bisa hadir.
“Katanya antara Pak Jokowi dan Ahok ada miskomunikasi atau panitianya yang mis. Jadi tidak bisa datang,” ujar Ketua Umum PWI, Margiono.
“Sangat disayangkan ketidakhadiran Pak Jokowi. Nanti, peluang itu (hubungan baik dengan media), bisa diambil calon lain,” ujar seorang pemimpin redaksi yang hadir dalam acara tersebut. Dia pun berharap Jokowi  tetap menjaga momen hubungan baik dengan pers. 

Palmerah, 020412
**pro**

2 komentar:

  1. fotonya gak muncul bro?

    mampir ke sini
    http://fiksikulo.wordpress.com/

    BalasHapus