Rabu, 04 April 2012

PAN yang Mendua dalam Pemilukada DKI 2012


Politics is who gets what, when, and how. Politik adalah masalah siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana! Ungkapan ini disampaikan Harold Dwight Lasswell, ahli ilmu politik  dari Chicago school of sociology pada 1936.

DARI 10 partai politik (parpol) peraih kursi DPRD DKI periode 2009-2010, hanya Partai Amanat nasional (PAN) yang sikapnya tidak jelas dalam Pemilukada DKI 2012. Meski secara resmi partai berlambang sinar matahari ini mendukung Fauzi Bowo, pada kenyataannya kader partai tersebut menyalurkan aspirasinya ke sejumlah calon lain. Bahkan, salah satu fungsionaris partai ini, Didik J Rachbini, malah digandeng Hidayat Nur Wahid untuk maju menjadi calon wakil gubernur.
Sehari setelah secara resmi didaftarkan oleh Partai Keadilan Sejahtera mendampingi Hidayat Nur Wahid, Didik langsung menyatakan bahwa dirinyalah yang didukung pimpinan dan kader  PAN untuk bertanding dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012.  "Saya terpanggil karena teman-teman dari PKS, jangan lupa walaupun PAN suratnya ke sana (Foke), tapi di sana tidak ada kader PAN. Di sana ada surat, di sini ada kader. Silahkan saudara pilih surat atau pilih kader. Dan ini di sini orang-orang PAN mendukung termasuk restu dari Pak Hatta Rajasa," kata Didik seperti dikutip, www.vivanews.com, Selasa 20 Maret 2012.
Pernyataan Didik bukanlah bertepuk sebelah tangan. Dua hari sesudahnya, Hatta pun tanpa malu-malu mengakui dukungannya kepada pakar ekonomi tersebut. Alasannya pun klasik, PAN memberikan kebebasan kepada kadernya. “Saya dukung Pak Didik jadi Wagub DKI, ya PAN mendukung. Saya tidak bisa menghalang-halangi kader saya dipinang orang untuk maju,” kata Hatta, Kamis, 22 Maret 2012 (www.okezone.com)
Bahkan, Wakil Sekretaris DPP PAN Teguh Juwarno pada Sabtu (24/3) secara terang-terangan mengatakan bahwa partai telah mengeluarkan keputusan resmi untuk  berkoalisi dengan PKS mengusung Hidayat-Didik. PAN secara kelembagaan pun telah melakukan rapat-rapat untuk pemenangan pasangan tersebut atas perintah Hatta Rajasa (www.kompas.com)
Sikap para fungsionaris PAN, mulai dari orang nomor satu hingga para fungsionarisnya, agak aneh karena partai ini secara resmi telah bergabung dalam koalisi 8 parpol untuk mengusung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam Pemilukada DKI 2012. Delapan parpol tersebut adalah Partai Demokrat-PAN-Hanura-PKB-PDS (peraih 41 kursi DPRD) dan PBB-PKDI, serta PMB (nonparlemen). Belakangan, meski belum secara resmi diumumkan, anggota KPU DKI Jamaluddin F Hasyim mengatakan bahwa PDS yang syah adalah PDS yang mendukung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono.
Fatsunnya dalam berpolitik, apabila secara resmi sebuah partai telah mendukung salah satu calon, maka pimpinan partai akan membuat garis atau perintah yang jelas yang mesti dipatuhi oleh kadernya untuk mendukung calonnya tersebut. Sekadar contoh, fungsionaris Partai Golkar menyatakan hanya mendukung Alex Noerdin-Nono Sampono, setelah mengetahui kader mereka, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, diusung oleh PDIP dan Partai Gerindra untuk mendampingi Joko Widodo. Ahok pun secara gentle menyatakan mundur dari keanggotaan di DPR dan Partai Golkar. Kini, mantan Bupati Belitung Timur itu telah mengantongi kartau anggota Partai Gerindra.
Sikap partai lain pun demikian. Dalam pertemuan pengurus dan kader Gerindra dengan Jokowi-Ahok di Thamrin City pada Sabtu, 24 Maret 2012, Ketua DPD Partai Gerindra  M Taufik secara lugas mengancam akan memecat kader partai berlambang kepala burung Garuda itu jika ada yang mendukung calon lain. “Saya tegaskan di sini, kalau ada kader yang masih melirik calon lain, langsung saya pecat saat itu juga,” tegasnya.
Tetapi, sikap itu tidak ditunjukkan oleh petinggi PAN. Bahkan, komentar-komentar yang muncul menunjukkan sikap mereka yang seperti mendua, di satu satu sisi surat dukungan dikirim untuk Fauzi Bowo, tetapi kader dibiarkan mendukung calon lain. Selain itu, pimpinan partai juga tidak memberikan arah yang jelas dan membiarkan para kader jalan sendiri-sendiri. Padahal, partai politik adalah kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama (Miriam Budihardjo, 2010:404).
Karena dibiarkan jalan sendiri-sendiri dan memiliki tujuan sendiri-sendiri pula, maka anggota Fraksi PAN DPRD DKI Wanda Hamidah dan suaminya, Cyril Raoul Hakim, Rabu, 4 April 2012 sore, memberikan fotokopi KTP sebagai bukti dukungan terhadap cagub-cawagub dari jalur independen, Faisal Basri-Biem Benjamin.  
Tanpa bermaksud mencampuri kebebasan politik setiap kader partai, tetapi melihat fenomena yang ada, saya jadi ingat ungkapan Harold Dwight Lasswell di awal tulisan ini. Apa memang begitu cara berpolitik di Indonesia –khususnya di Jakarta—dalam menghadapi Pemilukada 2012 ini. Kalau memang begitu, mereka dapat apa, kapan, dan bagaimana yah? ***

10 Parpol Peraih Kursi DPRD DKI 2009-2014
Partai  Demokrat              32 kursi
PKS                                        18 kursi
PDIP                                      11 kursi
PPP                                         7 kursi
Partai Golkar                      7 kursi
Partai Gerindra                 6 kursi
Partai Hanura                     4 kursi
PDS                                        4 kursi
PAN                                       4 kursi
PKB                                        1 kursi
Total                           94 kursi

Palmerah, 040412
**pro**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar