Politics is who gets what, when, and how. Politik adalah masalah siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana! Ungkapan ini disampaikan Harold Dwight Lasswell, ahli ilmu politik dari Chicago school of sociology pada 1936.
DARI
10 partai politik (parpol) peraih kursi DPRD DKI periode 2009-2010, hanya
Partai Amanat nasional (PAN) yang sikapnya tidak jelas dalam Pemilukada DKI
2012. Meski secara resmi partai berlambang sinar matahari ini mendukung Fauzi
Bowo, pada kenyataannya kader partai tersebut menyalurkan aspirasinya ke
sejumlah calon lain. Bahkan, salah satu fungsionaris partai ini, Didik J
Rachbini, malah digandeng Hidayat Nur Wahid untuk maju menjadi calon wakil
gubernur.
Sehari
setelah secara resmi didaftarkan oleh Partai Keadilan Sejahtera mendampingi
Hidayat Nur Wahid, Didik langsung menyatakan bahwa dirinyalah yang didukung pimpinan
dan kader PAN untuk bertanding dalam
Pemilukada DKI Jakarta 2012. "Saya
terpanggil karena teman-teman dari PKS, jangan lupa walaupun PAN suratnya ke
sana (Foke), tapi di sana tidak ada kader PAN. Di sana ada surat, di sini ada
kader. Silahkan saudara pilih surat atau pilih kader. Dan ini di sini
orang-orang PAN mendukung termasuk restu dari Pak Hatta Rajasa," kata
Didik seperti dikutip, www.vivanews.com, Selasa
20 Maret 2012.
Pernyataan
Didik bukanlah bertepuk sebelah tangan. Dua hari sesudahnya, Hatta pun tanpa
malu-malu mengakui dukungannya kepada pakar ekonomi tersebut. Alasannya pun
klasik, PAN memberikan kebebasan kepada kadernya. “Saya dukung Pak Didik jadi
Wagub DKI, ya PAN mendukung. Saya tidak bisa menghalang-halangi kader saya
dipinang orang untuk maju,” kata Hatta, Kamis, 22 Maret 2012 (www.okezone.com)
Bahkan,
Wakil Sekretaris DPP PAN Teguh Juwarno pada Sabtu (24/3) secara terang-terangan
mengatakan bahwa partai telah mengeluarkan keputusan resmi untuk berkoalisi dengan PKS mengusung Hidayat-Didik.
PAN secara kelembagaan pun telah melakukan rapat-rapat untuk pemenangan
pasangan tersebut atas perintah Hatta Rajasa (www.kompas.com)
Sikap
para fungsionaris PAN, mulai dari orang nomor satu hingga para fungsionarisnya,
agak aneh karena partai ini secara resmi telah bergabung dalam koalisi 8 parpol
untuk mengusung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam Pemilukada DKI 2012. Delapan
parpol tersebut adalah Partai Demokrat-PAN-Hanura-PKB-PDS (peraih 41 kursi
DPRD) dan PBB-PKDI, serta PMB (nonparlemen). Belakangan, meski belum secara
resmi diumumkan, anggota KPU DKI Jamaluddin F Hasyim mengatakan bahwa PDS yang
syah adalah PDS yang mendukung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono.
Fatsunnya
dalam berpolitik, apabila secara resmi sebuah partai telah mendukung salah satu
calon, maka pimpinan partai akan membuat garis atau perintah yang jelas yang
mesti dipatuhi oleh kadernya untuk mendukung calonnya tersebut. Sekadar contoh,
fungsionaris Partai Golkar menyatakan hanya mendukung Alex Noerdin-Nono Sampono,
setelah mengetahui kader mereka, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, diusung
oleh PDIP dan Partai Gerindra untuk mendampingi Joko Widodo. Ahok pun secara gentle menyatakan mundur dari
keanggotaan di DPR dan Partai Golkar. Kini, mantan Bupati Belitung Timur itu
telah mengantongi kartau anggota Partai Gerindra.
Sikap
partai lain pun demikian. Dalam pertemuan pengurus dan kader Gerindra dengan
Jokowi-Ahok di Thamrin City pada Sabtu, 24 Maret 2012, Ketua DPD Partai
Gerindra M Taufik secara lugas mengancam
akan memecat kader partai berlambang kepala burung Garuda itu jika ada yang mendukung
calon lain. “Saya tegaskan di sini, kalau ada kader yang masih melirik calon
lain, langsung saya pecat saat itu juga,” tegasnya.
Tetapi,
sikap itu tidak ditunjukkan oleh petinggi PAN. Bahkan, komentar-komentar yang
muncul menunjukkan sikap mereka yang seperti mendua, di satu satu sisi surat
dukungan dikirim untuk Fauzi Bowo, tetapi kader dibiarkan mendukung calon lain.
Selain itu, pimpinan partai juga tidak memberikan arah yang jelas dan
membiarkan para kader jalan sendiri-sendiri. Padahal, partai politik adalah
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai,
dan cita-cita yang sama (Miriam Budihardjo, 2010:404).
Karena
dibiarkan jalan sendiri-sendiri dan memiliki tujuan sendiri-sendiri pula, maka
anggota Fraksi PAN DPRD DKI Wanda Hamidah dan suaminya, Cyril Raoul Hakim, Rabu,
4 April 2012 sore, memberikan fotokopi KTP sebagai bukti dukungan terhadap
cagub-cawagub dari jalur independen, Faisal Basri-Biem Benjamin.
Tanpa
bermaksud mencampuri kebebasan politik setiap kader partai, tetapi melihat
fenomena yang ada, saya jadi ingat ungkapan Harold Dwight Lasswell di awal
tulisan ini. Apa memang begitu cara berpolitik di Indonesia –khususnya di
Jakarta—dalam menghadapi Pemilukada 2012 ini. Kalau memang begitu, mereka dapat
apa, kapan, dan bagaimana yah? ***
10 Parpol
Peraih Kursi DPRD DKI 2009-2014
Partai Demokrat 32
kursi
PKS 18 kursi
PDIP 11 kursi
PPP 7 kursi
Partai Golkar 7 kursi
Partai Gerindra 6 kursi
Partai Hanura 4 kursi
PDS 4 kursi
PAN 4 kursi
PKB 1 kursi
Total 94 kursi
Palmerah,
040412
**pro**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar