![]() |
Kendaraan berbalik arah ketika melintas di Jalan Ring Road Cengkareng, \ Jakbar, Kamis (17/1/2013). Foto: Suprapto |
BEBERAPA waktu lalu, Fauzi Bowo ketika masih menjabat Gubernur DKI
Jakarta, membuat pernyataan yang kemudian menjadi bahan olok-olokan di media. Penyebabnya karena dia
mengatakan, yang terjadi di beberapa lokasi di Jakarta bukan banjir,
melainkan genangan air. Apa pasal?
Tanpa bermaksud membela, dalam pandangan orang ‘air’ memang ada
beda pengertian antara banjir dan genangan. Dalam Pedoman Penyusunan
Sistem Peringatan Dini dan Evakuasi untuk Banjir Bandang yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum disebutkan, banjir adalah
peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
Buku Dinas PU DKI menjelaskan, banjir adalah keadaan aliran air dan
atau elevasi muka air dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih
besar atau lebih tinggi dari normal.
Genangan yang timbul di daerah rendah sebagai akibat yang ditimbulkannya juga termasuk dalam pengertian ini.
Genangan yang timbul di daerah rendah sebagai akibat yang ditimbulkannya juga termasuk dalam pengertian ini.
Genangan adalah peristiwa terhentinya air atau air tidak
mengalir. Bisa saja, di satu lokasi ada genangan air meski tinggi muka
air di sungai masih di bawah rata-rata.
Meski demikian, secara subtansi ya tetap sama. Maksudnya sama-sama ada air yang menggenang atau air yang menyebabkan banjir. Hanya saja, secara teknis, penanganannya bisa beda karena yang satu disebabkan oleh meluapnya air di kali/sungai, sedangkan yang satunya lagi karena tidak mengalirnya air karena terhambat oleh saluran.
Meski demikian, secara subtansi ya tetap sama. Maksudnya sama-sama ada air yang menggenang atau air yang menyebabkan banjir. Hanya saja, secara teknis, penanganannya bisa beda karena yang satu disebabkan oleh meluapnya air di kali/sungai, sedangkan yang satunya lagi karena tidak mengalirnya air karena terhambat oleh saluran.
Bagaimana dengan Jakarta?
Data menunjukkan bahwa 40 persen-–bahkan mungkin sekarang bisa lebih—-wilayah daratan Jakarta berada di dataran banjir pada sungai-sungai Angke, Pesanggrahan, Sekretaris, Grogol, Krukut, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, dan Cakung. Sehingga, daerah itu tidak hanya rawan banjir, tetapi juga genangan.
Data menunjukkan bahwa 40 persen-–bahkan mungkin sekarang bisa lebih—-wilayah daratan Jakarta berada di dataran banjir pada sungai-sungai Angke, Pesanggrahan, Sekretaris, Grogol, Krukut, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, dan Cakung. Sehingga, daerah itu tidak hanya rawan banjir, tetapi juga genangan.
Istilah lain yang kerap dipakai ketika musim penghujan seperti
sekarang adalah ‘siaga’. Dalam buku Dinas PU DKI disebutkan, siaga
adalah suatu sikap atau tingkat kemampuan untuk menghalangi dan atau
mengelola suatu bahaya dalam rangka mengurangi dampaknya yang mungkin
terjadi dan menimpa mereka.
Jika digabungkan dengan banjir atau menjadi siaga banjir memiliki
pengertian, keadaan tertentu yang diakibatkan oleh banjir yang ditandai
oleh elevasi atau peil muka air tertentu.
Bencana adalah rangakaian peristiwa yang diakibatkan oleh alam,
ulah manusia, atau oleh keduanya hyang mengakibatkan kerugian harta
benda, merusak harta milik atau lingkungan dan dapat menimbulkan korban
jiwa.
Kementerian PU memberi penjelasan tambahan. Banjir bandang adalah
banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba, karena meluapnya debit yang
melebihi kapasitas aliran alur sungai oleh konsentrasi cepat hujan
dengan intensitas tinggi.
Banjir ini membawa aliran debris bersamanya atau runtuhnya bendung alam, yang terbentuk dari material longsoran gelincir pada area hulu sungai.
Banjir ini membawa aliran debris bersamanya atau runtuhnya bendung alam, yang terbentuk dari material longsoran gelincir pada area hulu sungai.
Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu,
beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air.
Dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Berita sebelumnya, Jakarta Dikepung 13 Sungai
Dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Berita sebelumnya, Jakarta Dikepung 13 Sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar